Jumat, 11 Agustus 2017

AKHLAK: PADA ALLAH SWT, SESAMA DAN ALAM SEKITAR

  
Hasil gambar untuk AKHLAK

Oleh: Rendra Fahrurrozie


Risalah Nabi Muhammad adalah menyempurnakan Akhlak manusia di bumi ini. Sehingga perbuatan manusia menjadi terpuji dan bertaqwa kepada Allah SWT, inilah yang disebut akhlak mulia (Al Akhlak Al Karimah).

Akhlak mulia adalah akhlak yang berada di atas jalur Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad . Kesadaran akan Akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri (hablu binafsi), hingga manusia melihat atau merasakan baik atau buruknya suatu sikap yang ia perbuat. Disanalah manusia dapat membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukannya.

Muslim yang ideal tentu adalah Muslim yang memiliki hubungan yang baik secara vertikal kepada Allah SWT yang terwujud dalam akidah dan ibadahnya yang lurus dan baik, sekaligus juga memiliki hubungan yang baik secara horisontal dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlaknya yang mulia.

Dengan demikian, setiap perbuatan seorang muslim diwajibkan berdasar pada syariat Islam terutama di dalam pergaulan sehari-hari, baik keluarga, kerabat, tetangga, lingkungan kemasyarakatan bahkan bernegara.

Manusia sebagai Khalifah di bumi[1], memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan alam (melestarikan bumi). Dunia yang menjadi tempat tinggal manusia beserta isinya sama-sama makhluk Allah yang selalu memuji asma-Nya. Merusak alam berarti secara tidak langsung akan merusak kehidupan manusia karena manusia sangat bergantung pada alam. Akhlak kepada alam berarti tingkah laku kita kepada lingkungan sekitar, bagaimana kita bisa menjaga apa yang ada disekitar kita baik berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai dan lain sebagainya. Bahkan secara lebih luas, Akhlak kepada alam berarti bagaimana cara kita berbuat baik kepada seluruh ciptaan Allah yang ada di alam semesta.


PENGERTIAN AKHLAK


Menurut Yusuf Sukriy Farhat secara etimologis (bahasa), akhlak merupakan bentuk plural dari alkhulq[u] dan alkhuluq, yang berasal dari khalaqa – yakhluq[u] – khalqah wa khalq[an], yang berarti: awjada (mewujudkan/mengadakan), abda’a (menciptakan).
Sedangkan alkhulq dan alkhuluq itu sendiri berarti: aththab’(tabiat), aladâh (adat/ karakter).[2]

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4)

Melihat asal kata Akhlak, yang mengandung arti perbuatan manusia karena itu objek yang dikaji dalam pembahasan akhlak adalah aspek tingkah laku manusia dari segi nilai baik atau buruk.

Pengertian Akhlak Secara Istilah

Berikut pendapat para ulama terkait Akhlak.
a.       Imam Al-Gazali.
فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة، عنها تصدر الأفعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر وروية
Alkhuluq adalah ungkapan kondisi jiwa yang terdalam, yang darinya melahirkan perilaku secara gampang dan mudah (spontan), tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[3]

b.      Muhammad Husain Abdullah.
الأخلاق اصطلاحا: هي الصفات التي أمر الله المسلم أن يتصف بها عند قيامه بأعماله

3
Akhlak adalah sifatsifat yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada seorang muslim, agar ketika ia berbuat menggunakan sifat tersebut.[4]

c.    Lafadz khuluq dalam ayat QS Al-Qalam [68]: 4 menurut Imam AlMahally dan AsySuyuthi adalah: dîn (agama), sehingga makna ayat tersebut adalah, dan Sesungguhnya kamu benarbenar (memiliki) agama / din / ajaran yang agung.[5]

d.  Jadi Akhlak menurut al‑Ghazali, naluri yang bersifat fitrah (mirip makna secara bahasa), menurut Imam Mufassir Akhlak adalah ajaran Islam (ad‑dîn, syariat), menurut Husain Abdullah akhlak adalah sifat yang terpuji (mirip makna ‘urf).

 Ciri-ciri Perbuatan Akhlak

1.        Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. (Al Ghazali)
2.        Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran (spontan). (Al Ghazali)
3.        Timbul dari diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4.     Dilakukan dengan ikhlas dan benar (sesuai syari’at), karna akhlak dikatakan baik jika sesuai dengan syariat, sedangkan perangai yang buruk adalah yang tidak sesuai dengan syariat.  (Muhammad Husain Abdullah)

Akhlak Kepada Allah SWT


Sumber untuk menentukan Akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik (mulia) atau akhlak yang tercela, adalah al-Quran dan as Sunnah Nabi Muhammad .
Terlebih lagi akhlak terhadap Allah SWT, tentunya standar baik dan buruknya adalah berasal dari aturan-Nya bukan akal atau adat manusia, sebab akan berbeda-beda ukuran/standarnya.[6]

Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada dimuka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki Akhlak al Karimah terhadap Allah, maka ini merupakan gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

Titik  tolak  Akhlak  kepada  Allah SWT adalah  pengakuan   dan kesadaran  bahwa  Tiada  Tuhan  Melainkan  Allah SWT dalam beribadah kepadaNya. [7]
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an.

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
“1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [QS. al-Ikhlash [112] :1–4]

Dan pula dalam ayat yang lain.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” [QS. alDzariyat [51]: 56]

Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Al Khalik (Pencipta).

Sehingga Akhlak kepada Allah dapat diartikan, “Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT (sebagai Al Khalik).

Umat Islam diwajibkan berakhlak baik kepada Allah SWT dengan bertaqwa kepadaNya, Allah SWT yang telah menjadikan umat Islam dengan sebutan sebagai Umat Terbaik (Khoiru Ummah).

Akhlak kepada Allah SWT adalah contohnya dengan,[8]

1.      Bertauhid kepadaNya (QS. al-Ikhlash [112] :1–4; QS. alDzariyat [51]: 56),
2.      Menaati perintahNya (QS. Ali ‘Imran [3]: 132),
3.      Ikhlas dalam semua amal (QS. al-Bayyinah [98]: 5),
4.      Tadlarru’ dan khusyu’ dalam beribadah (QS. al-Fatihah [1]: 6),
5.      Berdoa dan penuh harapan pada Allah SWT. (QS. al-Zumar [39]: 53),
6.      Berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah (QS. Ali ‘Imran [3]: 154),
7.      Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali ‘Imran [3]: 159),
8.      Bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7), dan
9.      Bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan (QS. al-Tahrim [66]: 8).

Alasan Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah SWT
Menurut Kahar Mashyur, ada 4 (empat) alasan manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yakni:[9]
1.    Allah yang menciptakan manusia.
Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk.
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta dari air yang terpancar. Yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.
[at-Thariq: 5-7]

2.    Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera.
Berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. [Q.S an-Nahl : 78]

3. Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia.
Seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. [Q.S al-Jatsiyah :12-13]

4.    Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan didaratan dan dilautan.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [Q.S al-Isra : 70]

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga jika hal ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terealisasi dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

Akhlak Kepada Manusia


قال بعض البلغاء: الحَسن الخُلُق من نفسه ِفي َراحة, َ و الناس منهُ ِفي َ سلامة, والسيئ الخلُق الناس منهُ ِفي بَلاء,و هو من نفسه ِفي َعناء   

Berkata beberapa ahli Balaghah; bahwa akhlak yang baik adalah (sikap) yang memebuat diri yang bersangkutan tenang dan orang lain selamat atas (perbuatan tersebut).
Sementara akhlak yang buruk adalah (perbuatan) yang membuat manusia mendapat bala dan (pelaku) akhlak buruk itu sendiri sesungguhnya sedang sakit (jiwa).”
[Adab Dunia dan Agama, Al Mawardi][10]

Pengertian Akhlak kepada sesama manusia berarti kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram.

Dalam realitas keseharian kita, kadangkala kita pernah menjumpai seorang Muslim yang mungkin dari sisi ritualitas ibadahnya bagus, namun hal demikian sering tidak tercermin dalam perilaku atau akhlaknya. Shalatnya rajin, tetapi sering tak peduli dengan tetangganya yang miskin. Shaum sunnahnya rajin, namun wajahnya jarang menampakkan sikap ramah kepada sesama. Zikirnya rajin, tetapi tak mau bergaul dengan masyarakat umum. Demikian seterusnya. Tentu saja, Muslim demikian bukanlah Muslim yang ideal dan ber-akhlaq al-karimah apalagi menjaga muru’ah (kehormatan).[11]

Banyak sekali ruang lingkup Akhlak yang dikemukakan al Quran dan as Sunnah berkaitan dengan Akhlak terhadap sesama manusia. Sebagai contoh dari Al Qur’an.
1.      Akhlak kepada Nabi , sebab beliau adalah Rasul yang memperoleh wahyu dari Allah. Atas dasar itulah beliau berhak memperoleh penghormatan melebihi manusia lain.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS.al-Hujurât [49] : 2)
2.      Akhlak kepada sesama (pergaulan dimasyarakat), misal:
·         Larangan menyakiti hati walaupun diringi dengan sedekah.
“Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS al-Baqarah[2]: 263)
·        Akhlak bertamu, bahwa akan perlunya privasi (kekuasaan atau kebebasan pribadi).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS.an-Nûr [24]: 27)
·         Akhlak dalam berbicara haruslah ucapan yang baik dan benar.
“... serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia...
(QS al-Baqarah[2]: 83)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan-yang-benar”.(QS.al-Ahzâb[33]:70)

3.   Akhlak kepada Orang tua, tidak durhaka kepada mereka walau hanya berkata “ah” (menyakitkan hati). [QS. Al Isra : 23-24] dan berbakti kepada mereka [QS. Lukman:14]
4.   Akhlak Al Karimah terhadap tetangga, kerabat dekat, anak-anak yatim, orang miskin, teman sejawat, dan hamba sahaya bahkan ibnu sabil (musafir), yakni dengan berbuat baik kepada mereka. [QS. An Nisa : 36]
5. Akhlak kepada anak, adalah dengan mendoakannya (QS. Al-Furqan [25]: 74), menafkahinya, meng-aqiqah-kan, memberi nama yang baik, menyusukan selama 2 tahun, meng-khitan, memberikan ilmu, berlaku adil, dan mengkawinkan jika sudah baligh.

Dalam sejumlah hadits lainnya, Baginda Rasulullah menyebut sejumlah keistimewaan Akhlak Mulia ini. Saat beliau ditanya tentang apa itu kebajikan (al-birr), misalnya, beliau langsung menjawab, “Al-Birr husn alkhulq (Kebajikan itu adalah akhlak mulia.” (HR Muslim).

Beliau bahkan bersabda, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang Mukmin pada Hari Kiamat nanti selain akhlak mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berbuat keji dan berkata-kata keji.” (HR at-Tirmidzi).

Dalam kesempatan lain Baginda Rasulullah pernah ditanya tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga. Beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak mulia.” (HR atTirmidzi).

Keutamaan kedudukan orang yang berakhlak mulia juga disejajarkan dengan keutamaan kedudukan orang yang biasa memperbanyak ibadah shaum (puasa) dan sering menunaikan shalat malam. Baginda Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang Mukmin-karena kebaikan akhlaknya-menyamai derajat orang yang biasa melakukan shaum dan menunaikan shalat malam.” (HR Abu Dawud).

Alasan Mengapa Sesama Manusia Harus Saling Berakhlak

1.  Akhlak adalah bagian dari Syariat Islam (Hukum Syara’) dan tidak akan mungkin dipisahkan dari bagian macam‑macam hukum syara’, seperti ibadah, muamalah dan lain sebagainya.  

Misalnya khusyu tidak akan nampak kecuali dalam shalat, sifat jujur dan amanah hanya akan muncul pada muamalah, jadi akhlak merupakan bagian dari hukum syariat, yakni perintah dan larangan Allah SWT yang akan nampak ketika melaksanakan amal perbuatan.[12]

2. Manusia merupakan makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain, dalam bermasyarakat kita perlu saling menghargai, misalnya cara bersikap kepada orang yang lebih tua maupun muda. Ini merupakan alasan mengapa akhlak sangat penting bagi sesama manusia, karena dengan kita berakhlak, maka kita akan dapat saling menghargai satu sama lain dan tercipta ketentraman.

Akhlak kepada Alam

Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah (segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda mati).

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah (QS. Al Baqarah[2] : 30) yang diberi tugas dan kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini, sudah seharusnya melestarikannya dengan baik (tidak merusak alam/bumi).[13]
Sehingga ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Sebagai contoh didalam Al Qur’an.

  1. Binatang melata dan burung-burung adalah seperti manusia yang menurut al-Qurtubi tidak boleh dianiaya (Shihab, 1998: 270) [QS. al-An’am (6): 38][14]
  2. Baik di masa perang apalagi ketika damai akhlak Islam menganjurkan agar tidak ada pengrusakan binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa dan sesuai dengan sunnatullah sehingga tidak keluar dari tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr [59]: 5).[15]
  3. Kerusakan lingkungan hidup adalah akibat perbuatan manusia, dan oleh karena itu ia (manusia) harus bertanggung jawab di dunia dan di akhirat (Q.S. al­Rum [30] : 41).
  4. Alam sebagai alat untuk tafakkur kepada Allah, merupakan akhlak juga sebab perbuatan ini menjauhkan manusia dari merusak alam. (QS. Ali Imran [3] : 190)
  5. Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia (QS. Al Baqarah [2] : 22 dan 29).

Alam yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam ini wajib dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara, sebab manusia hidup sangat bergantung pada alam sekitar.


Cara melestarikan alam semesta

Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :


1.   Melarang Penebangan Pohon-Pohon Secara Liar;
2.   Melarang Perburuan Binatang Secara Liar;
3.   Melakukan Reboisasi;
4.   Membuat Cagar Alam Dan Suaka Margasatwa;
5.   Mengendalikan Erosi;
6.   Menetapkan Tata Guna Lahan Yang Lebih Sesuai;
7.   Memberikan Pengertian Yang Baik Tentang Lingkungan Kepada Seluruh Lapisan Masyarakat;

8.   Memberikan Sanksi-Sanksi Tertentu Bagi Pelanggar-Pelanggarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim

Al Hadrami. Salim bin Smeer. 2001 Terjemah Safinah An Najah.  Husaini: Bandung

Husain Abdullah, Dr. Muhammad. 1990. Dirâsât fi alFikr alIslâmiy, cet. I. Dâr alBayâriq: Amman

Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY).  File PDF: BAB X: KONSEP AKHLAK ISLAM. 30/03/2017: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/

Hasan. H. Lutfi. (22 May 2016). Akhlak. Diakses di http://hizbut­tahrir.or.id/2016/05/22/akhlak/

Nuraeni. Chusnul. (Sabtu, 12 April 2014). Akhlak Kepada Alam Semesta. 3/29/2017: http://chusnulnuraeni.blogspot.com/2014/04/akhlak­kepada­semesta­alam.html?m=1


     
Wulaningsih. Diah. (25 November 2011). Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah SWT. 30/03/2017: https://diahwulaningsih123.wordpress.com/2011/11/25/akhlak­seorang­muslim­terhadap­allah­swt




[1]        QS. Al Baqarah [2]: 30 ; Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

[2]         Dr. Yusuf Syukriy Farhat. Mu’jam atTullâb, cet. I. Dar al‑Kutub al‑’Ilmiyyah – Beirut, 2000. hlm. 168
[3]         Abu Hamid Al‑Ghazali, Ihyâ’ Ulûm adDîn, t.p. t.t. juz II. hlm. 253 (CD Maktabah Asy‑Syamilah versi 2)
[4]         Dr. Muhammad Husain Abdullah, Dirâsât fi alFikr alIslâmiy, cet. I. Dâr al‑Bayâriq’ – ‘Amman, 1990, hlm. 52
[5]         Imam Al‑Mahally dan As‑Suyuthi, Tafsîr Jalâlayn, t.p. t.t., juz. II. hlm. 273 (Maktabah Asy‑ Syamilah Ishdar
    Ats‑Tsani).
[6]         Dr. Marzuki, M.Ag (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY). BAB X: KONSEP AKHLAK ISLAM. Hlm. 176
   http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/
[7]          Dr. Marzuki, M.Ag, op. cit. Hlm. 178; Sebagai tambahan mengenai kalimat Thoyyibah ini, Salim bin Smeer Al Hadrami dalam kitabnya Safinah An Najah, mengatakan: “Wa ma’na Laa Ilaha Illa Allah laa ma’buuda bi haqqin fii al wujuudi illa Allah” (Artinya: Makna Laa Ilaha Illa Allah adalah tidak ada yang patut disembah secara haq didalam wujudnya, kecuali Allah). Sehingga ini menjadi titik tolak (pondasi) bagi semua, baik Akidah, Akhlak, Ibadah, Mu’amalah dan Uqubat.
[8]          Dr. Marzuki, M.Ag, op. cit.  Hlm 178
[9]          Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak (Jakarta: Kalam Mulia, 1985) diakses di :
  www.blog.umy.ac.id/rizalmantovani/tentang-saya-3/akhlak-kepada-allah
[10]        H. Lutfi Hasan. (22 May 2016). Akhlak. Diakses di http://hizbut­tahrir.or.id/2016/05/22/akhlak/
[11]   Ibnu Qayim al-Jauziah membagi sikap muru’ah menjadi tiga. Pertama: muru’ah terhadap diri sendiri, yaitu mempraktikkan akhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela kendati tidak dilihat oleh orang lain. Misalnya, orang yang tetap menutup auratnya saat ke luar rumah sekalipun jauh dari keramaian atau tidak ada orang yang melihat dia. Kedua: muru’ah terhadap sesama manusia, yaitu senantiasa berakhlak luhur dan menjauhi akhlak tercela saat bergaul dengan sesama manusia. Ketiga: muru’ah terhadap Allah SWT, yaitu merasa malu terhadap Allah SWT sehingga membuat seseorang senantiasa berupaya melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
[12]       Dr. M Husain Abdullah, Dirâsât fi al‑Fikr al‑Islâmiy, cet. I. Dâr al‑Bayâriq’ – ‘Amman, 1990, hlm. 53
[13]       “..dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang­orang yang
berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash[28] :77)
[14]       Dr. Marzuki, M.Ag, op. cit.  Hlm 180
[15]       Ibid.
Previous Post
Next Post

Man 'Arofa Nafsihi 'Arofa Robbuhu | #IslamSelamatkanNegeri

3 komentar:

  1. informasi yang sangat bagus, artikel universitas airlangga juga menyebutkan pentingnya menjaga akhlak berikut link tautannya https://www.unair.ac.id/2022/04/18/ramadan-momentum-tepat-untuk-perbaiki-diri/

    BalasHapus